Sandya Narda

The thought of little bee

Rona di Ujung Senja (Part 1)

Sabtu, 28 Maret 2020


“Martin melamarku.”
Suara Karen memecah hening. Rose dan Lucia, sahabat karibnya spontan menoleh. Memandang Karen seolah wanita itu salah bicara.
“Kenapa? Kalian tak percaya?” Karen nampak kesal dengan reaksi kawan-kawannya.
“Kamu nggak salah makan waktu sarapan tadi, kan?” Sahut Lucia.
“Memang ada pilihan apa di sarapan kita tadi pagi? Bukankah kamu juga makan menu yang sama denganku?” jawab Karen nggak nyambung.
Lucia merengut. Bibir keriputnya nampak semakin kecil. Dia hanya ingin memastikan ucapan Karen, tetapi kawannya yang satu itu malah menjawab dengan ketus.
Rose tersenyum melihat ulah kedua sahabatnya. Matanya masih terpaku pada rajutan di tangan, “Kapan Martin melamarmu, Karen?”
Karen menoleh ke arah Rose. “Minggu lalu. Pagi setelah sarapan dia mengajakku berjalan-jalan di taman samping. Lalu dia mengatakan kalau dia ingin menghabiskan sisa umur dengan aku di sisinya. Bukankah itu artinya dia melamarku?” Suara Karen melirih, menelengkan kepalanya seolah ragu dengan kalimat yang terakhir.
“Pastikan saja lagi kepada Martin, melihat sifatnya yang selalu serius, kurasa dia memang melamarmu.” Rose berkata sambil menatap ke luar jendela.
Hamparan taman kecil di halaman depan gedung tua itu makin indah kala senja datang. Dahlia, Krisan, Lavender, dan tentu saja Mawar nampak berkelompok indah. Warna warni memanjakan mata. Beberapa bangku diletakkan di halaman. Penghuni rumah jompo itu suka menghabiskan waktu di sana. Mereka bisa berjalan-jalan atau berolahraga ringan. Karena itu ada dua taman yang dibangun, di halaman depan dan samping.
Pict:id.pinterest.com
Karen masuk rumah jompo sejak empat tahun yang lalu. Setahun kemudian menyusul Lucia. Sementara Rose sudah enam tahun menjadi penghuni rumah jompo itu. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menjadi akrab. Apalagi dengan sifat Karen yang suka berteman dan ceria.
Hampir semua penghuni, pengurus dan pendamping rumah jompo menyukai Karen. Wanita tujuh puluh enam tahun itu  mudah akrab dengan siapapun. Ia tak pernah memilih teman. , tanyakan saja pada penghuni rumah jompo yang lain. Tak ada yang tak kenal Karen.
“Anak-anakmu sudah tahu?” suara serak Lucia memecah keheningan. Dipandangnya Karen dengan tatapan menyelidik.
Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. “Aku sudah memberitahu mereka lewat telepon, tetapi mereka belum mengatakan apa-apa. Sabtu ini mereka akan dating, nanti kutanyakan pada mereka.”
Karen memiliki tiga anak. Semua sudah berkeluarga, kecuali si bungsu Cleo. Usianya sudah hampir empat puluh tahun tapi wanita berambut coklat itu masih betah menyendiri. Karir yang bagus membuat ia semakin tenggelam dalam pekerjaan. Kakak-kakaknya, Andrew dan Robert sudah memberikan tiga cucu untuk Karen.
Setiap Sabtu mereka selalu mengunjungi Karen. Seperti halnya saat ini, Andrew dan Robert bersama keluarga masing-masing hadir ke rumah jompo. Cleo mengikuti di belakang mereka. Sabtu memang dikhususkan untuk hari keluarga. Mereka boleh mengunjungi orangtua atau kerabat yang tinggal di rumah jompo.
Karen beruntung karena anak-anaknya selalu datang. Rose juga demikian. Meski anak-anaknya tinggal di luar kota, tetapi kemenakan satu-satunya selalu mengunjungi. Lucia tak terlalu beruntung. Anak tunggalnya terlalu sibuk untuk menengok Lucia. Rose selalu mengajak Lucia bergabung ketika Miranda, keponakannya berkunjung.
Aula itu berubah menjadi ramai setiap Sabtu. Para penghuni rumah jompo nampak mengobrol dengan keluarga masing-masing. Mereka saling berkelompok. Seperti sebuah kelompok belajar anak-anak. Wajah para manula itu berseri melihat kelucuan cucu-cucu mereka.
Karen nampak menikmati pie buatan Emily, istri Andrew. Pie buatan Emily selalu enak. Karen tahu menantunya itu hobi masak, karena itu hidangan di rumah Andrew selalu nikmat.
“Bagaimana, Ma? Enak nggak pie buatanku kali ini?” tanya Emily sambil menuangkan segelas jus berry.
“Masakan buatanmu selalu enak, Em. Mama suka semua yang kau masak.” Karen membalas senyum menantunya.
Andrew yang sedang mengambil sepotong pie menimpali, “Lalu mengapa Mama tak pernah mau tinggal bersama kami? Kami sudah menyiapkan kamar untuk Mama. Kalau Mama butuh perawat pribadi pun akan kami sediakan.”
Karen meletakkan pie ke meja. Dihelanya napas panjang. “Bukan Mama tak suka tinggal bersama kalian. Mama hanya ingin bersama dengan orang-oarang seumur mama. Kami disini saling memahami, saling mengerti. Perjalanan hidup yang telah kami lalui. Tahun-tahun yang telah berjalan. Kenangan tentang masa lalu yang selalu membuat kami tertawa bersama. Kami bisa mengobrolkan hal yang bisa sama-sama kami pahami. Kami menertawakan kekonyolan yang sama. Kesalahan dan kebahagiaan masa lalu. Dan yang paling penting adalah Mama bahagia di sini, Andy.”
“Juga karena ada Martin?” potong Robert cepat dengan nada tak suka.

** Bersambung **

Pencuri Waktu

Jumat, 27 Maret 2020

Malam merambat naik. Menelan senja dalam kilau temaramnya. Aku masih disini, menunggumu kembali di sudut sunyi. Engkau yang hanya kujumpai di sisa waktu. Engkau yang selalu tergesa diburu masa. Aku yang mencoba setia pada tipu dunia.

Apimu menggelora, membakarku dalam aroma dosa. Menghanguskan segala simpati dan logika. Membiarkan hasrat yang menyamar menjadi cinta, meraja di setiap sudut lirikan rembulan. Biarkan bulan kelabu mengintip dari balik awan. Karena aku ingin dunia tahu bahwa aku juga ratu. Ratu di sepotong hatimu. Meski hanya berdiri di sudut beranda.

Aku hanyalah sepatu bagimu. Indah namun tak menetap. Langkahmu tak terhenti di aku, karena aku bukan segalamu. Engkau yang hanya mampu kupeluk diantara gelimang malam tanpa sempat menemui rona pagi. Aku adalah secangkir kopi yang tak bisa kau lupakan. Demi aroma harum yang bisa kau sesap diantara hangatnya pelukan selimut.
Pict: pexels dot com

Kau dan aku adalah pencuri. Dari jutaan waktumu yang tak kumiliki. Meski sayapku terbang menujumu namun langkah kakimu selalu berlari kepadanya. Sentuhan hangat jemariku tak mmapu membawamu menetap di sisiku. Meski telah kusinggasanakan engkau di hatiku.

Jarum merajam perih hatiku melihatmu menatapnya. Rintik gerimis cinta yang kau persembahkan untuknya. Apakah Ia tahu gerimis itu kau nodai? Atau Ia tahu aku selalu menunggu di sudut hatimu? Separuh dirimu adalah milikku. Karena engkau tak bisa lepas dariku.

Engkau yang laut, melayarkanku ke samudra kebahagian. Ketika aroma parfum bergeliat diantara nyanyian para cicak. Menodai singgasana hati dalam istanamu. Dan aku harus segera berkemas ketika fajar mengetuk tirai. Kembali menjadi sepatu sebelum pemilik hatimu kembali.

*****

Bontang, 24082018
Sandya Narda

Ratu Panggung

Kamis, 26 Maret 2020


Alia memasukkan perlengkapan pentas ke dalam tas. Malam ini gadis manis itu akan tampil. Latihan tari berbulan-bulan akan sampai pada puncaknya. Pementasan tari kolosal yang sudah dinanti. Tiket sudah terjual habis sejak 2 bulan lalu. Alia tak menyangka antusias masyarakat setinggi ini pada pentas tari. Di jaman modern ini tak banyak orang yang mau nonton pementasan semacam ini. Mereka lebih suka nonton konser penyanyi terkenal. Apalagi konser K- Pop Korea. Pasti akan banyak yang berduyun-duyun datang. Makanya Alia agak tercengan ketika mendengar 400 tiket terjual habis.
"Alia... Aku berangkat duluan, ya!" Suara Fina menggema dari ruang tamu. Mereka sesama penari. Hanya berbeda peran saja di pertunjukan ini. Alia mendapat peran utama sementara Fina adalah cadangan. Apabila Alia berhalangan maka Fina akan menggantikan.
Alia tahu Fina sangat menginginkan peran ini. Tapi hasil audisi menyatakan Alia sebagai pemeran utama.
"Nggak bareng aku aja, Fin?" Alia menimpali.
"Nggak usah. Aku mau mampir ke tempat Laras. Ada barangku yang ketinggalan."
"Baiklah. Sampai ketemu di gedung."
Proyek kolosal ini digagas oleh Kak Bara, seorang pegiat tari yang sudah go internasional. Audisi diadakan setahun lalu. Alia dan Fina bahkan melakukan audisi bersama. Penampilan mereka sama bagusnya. Namun Kak Bara dan timnya menilai penampilan Alia lebih sesuai sebagai karakter utama dibandingkan Fina. Meski begitu Fina tetap mendapatkan peran sebagai pengganti bila pemeran utama berhalangan.
Setelah audisi itu sikap Fina sedikit berubah. Ia terlihat lebih sering menjauhi dan menghindari Alia. Hanya menyapa seperlunya dan tak lagi banyak mengobrol atau bercanda dengan Alia. Padahal dahulu mereka selalu menghabiskan waktu berdua. Beberapa kali Alia mengajaknya mengobrol, namun Fina pergi dan menghindar. “Sorry, Al, aku sibuk.” Selalu begitu alasannya. Di saat lain Fina bahkan terang-terangan menunjukkan rasa tak sukanya pada Alia.
Alia pernah menanyakan langsung pada Fina tentang hal ini. “ Apa karena hasil audisi kemarin , lalu sikapmu menjadi berubah?” tanyanya suatu hari.
“Nggak ada hubungannya dengan audisi. Aku hanya sedang sibuk dan aku tak ingin diganggu siapapun.” Jawab Fina dengan ketus.Hal itu berlangsung sampai hari ini. Hari ketika pementasan akhirnya akan digelar.
Pict: notjustatourist dot com

Sepergi Fina, Alia meneruskan aktifitas. Setelah yakin semua barang sudah masuk tas, segera disambarnya kunci mobil. Sebuah city car yang dibeli dari hasil menari selama ini. Alia sering diundang ke acara-acara pernikahan maupun acara kantor untuk menari. Penghasilannya lumayan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sedikit menabung.
Alia melihat jam tangannya. Hari sudah hampir gelap, ia harus bergegas. Persiapan pementasan pasti membutuhkan waktu yang lama. Akan ada  gladi resik terakhir, make up, kostum, briefing, dan lain-lain.
Alia melajukan mobil agak kencang. Ia tak ingin terlambat sampai di lokasi acara. Kalau ia terlambat maka semua akan kacau. Ia tak ingin mengecewakan Kak Bara dan teman-teman lainnya yang sudah bersusah payah untuk pementasan ini.
Sesampai di gedung, dilihatnya poster besar terpampang di depan pintu masuk. Namanya tertulis jelas 'Alia Jasmine' . Sebentuk rasa bangga memenuhi dada.
Pukul 20.00 WIB, acara dimulai. Alia tampil dengan sempurna. Hanya saja ia tak mengerti, mengapa Fina juga ikut tampil bersamanya. Bukankah seharusnya Fina hanya peran pengganti? Hingga akhir pementasan, Fina masih saja tampil memerankan peran utama milik Alia.
            Pementasan berjalan lancar. Tepuk sorai penonton tak henti memberikan apresiasi. Alia menatap semuanya dari atas panggung. Dilihatnya teman-teman sesama penari. Fina bahkan berdiri di sampingnya. Memakai baju dan asesoris yang sama dengan Alia. Senyum teman serumahnya itu lebar.
*****
Di IGD Rumah Sakit, suasana nampak sibuk. Seorang pasien bersimbah darah di salah satu brankar. Dokter dan perawat jaga sedang memberi pertolongan. Namun sudah lebih dari 15 menit tak ada tanda-tanda kehidupan. Pasien itu dinyatakan telah meninggal. Seorang perawat menuliskan namanya pada sebuah formulir. Nama: Alia Jasmine, waktu kematian: 19.37 WIB.

**TAMAT**

Memeluk Melati

Minggu, 22 Maret 2020


Hembus angin bulan April mengalun beku. Seolah  tahu berat langkahku meninggalkanmu. Semua terjadi di luar kendali. Akupun terluka dengan semua ini.


Entah kapan akan kembali kubelai hitam rambutmu. Rindu menyusup di setiap lembar napasku. Membisikkan doadoa, melepaskannya mengangkasa bersama harap.


Ingin kugenggam jemarimu menyusuri jajaran kembang. Bersama angsa yang pulang ke pelukan senja


Tersenyumlah. Agar tetap kuat aku berdiri menjelangmu. Meski tak tersentuh namun indah tawamu mewangikan mimpiku. Mengelus perih luka yang tertinggal.


Percayalah, Melati aku akan kembali. Memeluk rapuhmu, membelai suci kelopakmu.


pict: freepik-dot-com
Bontang, 29082019
Sandya Narda

Mencintaimu Sekali Saja



       “Ijinkan aku datang ke pernikahanmu, Key.” Mata Eros memelas menatap Keyne. Namun gadis berambut ikal itu hanya diam. Ia lebih asyik menikmati milkshake cokelat kesukaannya.
            “Key, ayolah.” Eros kembali memohon.
         Keyne menarik napas panjang, menatap lelaki di hadapannya “Nggak usah, Ros. Kamu nggak perlu datang. Doakan aja supaya aku bahagia,” ujar gadis bermata sipit itu.Suara Keyne agak bergetar ketika mengucapkan kalimat terakhir. Jemarinya saling menaut di bawah meja, menutupi kegelisahan yang sejak tadi menghantui.
            Eros menunduk. Senyum yang biasa menghias bibirnya kini raib. Badannya lemas, permintaannya ditolak mentah-mentah. Sembilan tahun kebersamaan seolah tak ada artinya bagi Keyne.
pict: upperhouse-dot-com
            Kesunyian menghinggapi. Keyne tampaknya tak ingin menjelaskan sesuatu sementara Eros memilih memandang kentang goreng di hadapannya dengan tatapan kosong. Pikiran mereka mengembara ke masa lalu. Masa ketika pertengkaran belum mewarnai kebersamaan. Masa ketika cinta masih terlihat seindah fajar. Masa ketika impian belum tersapu kabut.
            “Kamu ingat, Key di mana pertama kali kita ketemu?” Suara berat Eros memecah kebisuan. Tanpa menunggu Keyne menjawab, lelaki berambut pendek itu melanjutkan ucapan, “Waktu itu kamu sedang ada tugas sekolah. Kamu harus membuat rangkaian listrik dengan menggunakan kentang. Kamu sedang kebingungan di toko elektronik dan aku hanya memperhatikan dari jauh. Seorang gadis mungil mencoba berbelanja peralatan listrik, sungguh menarik buatku.” Eros berhenti sejenak, menyeruput ice lemon tea yang tinggal separuh. Ditatapnya Keyne yang kini asyik mengunyah kentang goreng. Seulas senyum tipis menghias bibir tipis gadis itu.
            “Lalu kamu menghampiri aku dan menawarkan bantuan,” senyum Keyne semakin lebar mengingat kisah awal perjumpaannya dengan Eros. “Ternyata kamu kakak kelasku waktu SMP. Hahaha.” Keyne terbahak. Lupa dengan kegusaran yang sesaat lalu melingkupinya.
            “Tiga bulan setelah itu aku memberanikan diri untuk bilang suka sama kamu.” Eros tersenyum menatap mata Keyne. Senyum terindah yang pernah Keyne lihat. Ah, bukan senyum terindah. Senyum Eros memang selalu indah. Itulah mengapa Keyne tak pernah bosan menghabiskan waktu bersama Eros. Ia bisa menikmati senyum Eros sepuasnya. Ditambah lagi Eros adalah orang yang ceria.         “Dan sembilan tahun kemudian, di sinilah kita. Membahas tentang rencana pernikahanmu.” Eros mencoba tersenyum, tapi Keyne tahu sorot  mata tajam itu kini terluka.
            Keyne bukannya tidak tahu luka hati dan kekecewaan Eros saat ini. Namun keputusannya untuk menikah dengan Nayaka sudah dipikirkan dengan masak. 
            “Kita melewati sembilan tahun yang indah, Key. Menghabiskan waktu berdua dengan kamu benar-benar menyenangkan buatku. Walaupun hanya sekedar ngobrolin hal-hal absurd dan nggak penting atau membahas tentang teknologi terbaru yang sedang dikembangkan. Bahkan berpetualang denganmu menjadi satu hal yang sangat kutunggu-tunggu.” Eros menatap gadis di hadapannya yang kini sedang tersenyum, membentuk sepasang lesung pipit yang selalu membuat Eros gemas.
            Dengan suara sedikit berat, lelaki berkulit putih itu melanjutkan, “Kamu ingat, nggak waktu kita ke Semeru?”
            Keyne mengangguk kecil. “Waktu itu aku sedang demam tapi nekat mau ikut kamu ke Semeru. Kamu udah melarang dan berjanji akan ajak aku ke Semeru di kesempatan lain. Tapi aku malah ngambek dan marah-marah. Dengan terpaksa akhirnya kamupun ajak aku. Perjalanan jadi sedikit lebih lambat karena kamu terus-terusan mengecek kondisiku.”
            “Kamu selalu keras kepala, Key. Semua inginmu harus terpenuhi. Tak ada kompromi. Itu juga yang bikin aku makin sayang sama kamu.” Kesunyian kembali mengisi. “Kamu masih sayang sama aku, nggak, Key?,” tanya Eros .
            Keyne menunduk. Seandainya Eros tahu, ia ingin sekali berteriak bahwa ia juga menyayangi Eros. Sangat sayang, malah. Namun ia menahan semua itu. Tak ingin lebih menyakiti Eros di pertemuan terakhir mereka.
            “Kamu sayang dia, Key?”
            Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap Eros yang entah bagaimana terlihat semakin tampan dengan siluet cahaya senja yang masuk ke café tempat mereka bertemu.
            “Calon suamimu. Apakah kamu benar-benar mencintainya?” Suara Eros terdengar berat ketika mengucapkan kalimatnya.
            Keyne hanya tersenyum. Ia teringat bombardir dari keluarganya yang meminta untuk segera menikah dengan alasan umur. Sosok Nayaka datang di saat Keyne sudah lelah dengan segala pertanyaan dan kejaran itu. Hanya tiga bulan berkenalan sebelum akhirnya Keyne mengiyakan ketika Nayaka memintanya menjadi istri. Tak ada rasa cinta. Tak ada rasa sayang seperti yang dirasakan Keyne pada Eros. Nayaka seolah menjadi sosok pelarian dari semua kejaran norma. Terkadang Keyne muak dengan semua itu. Perempuan harus segera menikah agar tak disebut sebagai perawan tua. Lalu ketika usianya mencapai 25 tahun, segala kejaran untuk menikah itu seperti mimpi buruk bagi Keyne.
            Segala alasan sudah dikemukakan pada ayah dan mama. Keyne ingat ucapannya pada mama beberapa waktu lalu, “Key mau berkarir dulu, Ma. Key masih ingin mewujudkan impian-impian Key.”
            Namun mama mematahkan semua argumen Keyne. “Key, sayang. Berkarir masih bisa dilakukan saat kamu sudah menikah, Nak. Justru dengan menikah rejeki kamu akan semakin berlipat. Menikah itu ibadah, Nak. Apalagi yang akan kamu cari? Kalau hanya mengejar dunia kamu akan lelah. Dunia nggak akan ada habisnya. Sampai kiamat pun, dunia akan terus menggoda, dunia akan selalu minta dikejar. Ayah dan Mama hanya ingin lihat anak bungsu kami menikah dan bahagia.”
            Tapi apa benar dengan menikah akan membuat kita lebih bahagia? Buktinya banyak orang-orang yang akhirnya memilih berpisah dan mengakhiri rumah tangga mereka. Sudah tidak ada kecocokan selalu saja menjadi senjata andalan untuk berpisah. Bukannya orang menikah untuk selalu beriringan dan mencoba menerima perbedaan dan bukannya memaksakan keinginan masing-masing?
            “Padahal aku sudah berulangkali memintamu menjadi istriku. Tapi kamu nggak pernah mau. Sekarang  ketika lelaki itu datang, kamu langsung menerimanya.” Suara Eros membawa Keyne kembali dari lamunan.
            “Kamu nyalahin aku?” Suara Keyne sedikit meninggi. “Aku sudah pernah menyampaikan alasanku dan kita sudah membahas ini berulang kali, Ros. Jalan kita nggak sama. Nggak mungkin kita bisa membina rumah tangga kalau…”
            “Aku sudah pernah bilang, aku akan menikahimu tapi dengan caraku, dengan keyakinanku, dan aku minta kamu…”Eros segera memotong ucapan Keyne.
            “Aku nggak bisa pindah keyakinan begitu saja hanya untuk menikah dengan kamu, Ros. Ada banyak hal yang harus kupertimbangkan.”
            “Hanya? Kamu bilang, hanya? Jadi selama ini hubungan kita apa?Aku serius sama kamu tapi kamu nggak pernah menganggap hubungan kita serius?”
            Orang-orang di café mulai memandang ke meja Eros dan Keyne. Mereka pasti bertanya-tanya apa yang dipertengkarkan pasangan itu. Eros menarik napas panjang dan mengembuskan kuat-kuat. Seperti ingin membuang semua emosi yang tiba-tiba menyelubunginya.
            “Hanya itu yang bisa kulakuin, Key. Aku nggak bisa meninggalkan keyakinanku.”
            “Aku juga.” Sahut Keyne singkat. “Karena itu aku menerima ketika Nayaka memintaku jadi istrinya.”
            Eros tak dapat berkata-kata mendengar ucapan Keyne. Selama tiga tahun terakhir hubungan mereka selalu diwarnai dengan pertengkaran. Perdebatan tentang perbedaan keyakinan selalu mewarnai pembicaraan. Masing-masing bertahan dengan keyakinannya. Tak ada yang mau mengalah.
            Selama ini Eros sangat menikmati kebersamaan dengan Keyne. Gadis itu sudah membersamainya selama sembilan tahun. Keyne berbeda dengan gadis –gadis lain yang dikenal Eros. Keyne selalu ceria. Meski ia sedang ada masalah namun Keyne selalu bisa menghadapinya dengan senyuman seolah masalah itu tak pernah ada. Keyne mengajari banyak hal kepada Eros tentang kehidupan. Meski usia mereka masih muda namun Keyne memiliki banyak pengalaman hidup. Semua berkat keaktifannya mengikuti berbagai organisasi sejak jaman SMA dulu.
            “Aku nggak akan bisa nemuin orang seperti kamu lagi, Key.”
            “Kenapa?” sahut Keyne. Heran dengan ucapan Eros yang tiba-tiba.
          “Kamu itu unik. Galak tapi nyenengin. Selalu bisa bikin aku tertawa di kondisi apapun. Bisa menghibur sekaligus ngejek aku. Kamu kelihatan cuek tapi sebenarnya sangat perhatian. Kamu spesial, Key. Nggak akan ada yang bisa nyamain kamu.” kali ini mata Eros berbinar. Percikan kembang api tergambar disana.
            “Eros, kamu harus tetap berjalan ke depan. Kamu nggak bisa berhenti di sini. Masa depan kamu masih panjang. Aku yakin suatu saat nanti kamu akan ketemu dengan seseorang yang jauh lebih baik dari aku. Lebih sayang, lebih perhatian, lebih cantik, lebih lucu dan gemesin. Yang bisa bikin kamu jatuh cinta kepadanya setiap hari. Yang bisa membuat kamu bahagia.” Keyne tersenyum. Meski begitu getaran dalam suaranya tak dapat menutupi perasaan yang tersembunyi.
Membayangkan akan kehilangan Eros dalam hidupnya cukup membuat Keyne bersedih. Beberapa hari ini Keyne seperti kehilangan gairah hidup. Bagaimanapun juga Eros pernah mengisi hari-harinya. Menemani mengerjakan tugas, mengantar jemput ke tempat kerja saat motornya mogok, bahkan rajin membelikan makanan kesukaan Keyne bila gadis itu sedang mengalami bad mood. Keyne tahu ia tak bisa begitu saja menghapus Eros dari hidupnya.
“Kita akan baik-baik saja setelah ini, Ros. Kamu akan melanjutkan hidupmu dan aku akan menjalani hidupku. Mungkin kita nggak berjodoh tapi terlalu memaksa cupid untuk menyatukan. Kadang hidup berjalan tidak sesuai dengan keinginan. Kita hanya harus menerima. Semua akan ada hikmahnya. Kamu akan tetap berbahagia walaupun tanpa aku. ”

*  *  *  *  *
Eros terbangun karena udara dingin yang menusuk. Lelaki berbadan tegap itu merapatkan jaket dan syal melingkari leher hingga wajah. Ia melakukan gerakan-gerakan senam ringan, mencoba menghangatkan tubuh. Sesaat lagi matahari terbit. Sebuah keindahan alam yang selalu membuatnya takjub setiap kali mengunjungi tempat ini. Dari arah timur semburat merah mulai muncul. Eros menunggu dengan sabar hingga mentari menampakkan dirinya malu-malu.

pict: wikipedia-dot-com

Hari ini pernikahan Keyne dan Nayaka berlangsung. Eros menepati janjinya untuk tidak hadir. Dua hari yang lalu ia memutuskan untuk mendaki Semeru. Mengenang masa-masa kebersamaan dengan Keyne.

“Semoga kamu berbahagia, Key.” lirih Eros berisik. "Kamu nggak akan terganti. Sampai kapanpun." 

* * * * * 

Bontang, 15092019
Sandya Narda

7 MANFAAT BAWANG PUTIH YANG HARUS DIKETAHUI

Rabu, 17 Juli 2019


bawang putih untuk kesehatan
Pict: Pixabay

Siapa, sih yang tak kenal dengan bawang putih. Bukan, ini bukan Bawang Putih yang menjadi tokoh dalam dongeng tetapi bawang putih si bumbu dapur. Di setiap dapur di Indonesia bisa dipastikan ada persediaan bawang putih. Bumbu dapur yang satu ini menjadi salah satu unsur penting dalam masakan Indonesia. Tanaman yang mempunyai nama latin Allium sativum ini ternyata memiliki banyak sekali kegunaan. Nah, berikut ini 7 manfaat dari bawang putih.

1.   Mencegah kanker

bawang putih untuk kesehatan
Pict: Pixabay
Beberapa studi yang dilakukan oleh National Cancer Institute Menunjukkan bahwa peningkatan asupan bawang putih dapat menurunkan resiko kanker tertentu. Antara lain kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung, kanker pancreas, dan kanker kerongkongan.

2.  Menurunkan tekanan darah

bawang putih untuk kesehatan
Pict: Pixabay
Bawang putih sudah lama dikenal memiliki manfaat untuk kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan tekanan darah. Kandungan senyawa allicin dalam bawang putih memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan melancarkan system peredaran darah. Kandungan allicin dalam bawang putih dapat diperoleh dengan cara mengunyah, mengulek, atau memotong bawang putih mentah.

3.  Menurunkan kolesterol

bawang putih untuk kesehatan

Bawang putih sudah lama dikenal sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk menurunkan kolesterol. Rempah ini menurunkan kadar kolesterol jahat atau LDL dalam darah hingga 15%. Meski begitu, bawang putih tidak memberikan efek pada trigliserida maupun kolesterol baik atau HDL.

4.  Mencegah penyakit neurologis

bawang putih untuk kesehatan

Selain bermanfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskular, bawang putih juga bermanfaat dalam kesehatan otak. Kandungan antioksidan dalam bawang putih dapat menekan terjadinya stress oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Sel-sel otak menjadi terlindungi dan kebal dari penyakit-penyakit neurologis seperti Alzheimer dan demensia.

5.  Mengurangi jerawat

bawang putih untuk kesehatan

Seperti yang kita tahu, jerawat disebabkan oleh kuman. Kandungan senyawa allicin dalam bawang putih yang memiliki sifat antibakteri, antijamur, antivirus dan antiseptik dapat membantu membunuh kuman penyebab jerawat. Selain digunakan untuk pengibatan dari luar, bawang putih juga dapat membantu mengurangi jerawat dengan pengobatan dari dalam. Caranya adalah dengan rutin memakan bawang putih 1-2 siung setiap hari. Hal ini berkhasiat untuk membersihkan racun-racun dalam darah.

6.      Menghambat perapuhan tulang

bawang putih untuk kesehatan

Selain vitamin D dan kalsium, salah satu unsur yang dapat membantu memperkuat tulah adalah flavonoid. Flavonoid berpotensi meningkatkan pembentukan tulang dan memperlambat proses pengeroposan mineral tulang. Bawang putih dan daun bawang terbukti memiliki kemampuan paling efektif dalam menghambat proses perapuhan tulang.

7.      Mengatasi flu

bawang putih untuk kesehatan

Kandungan allicin dalam bawang putih memiliki sifat antimikroba. Karena itu bumbu dapur ini ampuh membunuh berbagai macam kuman penyebab flu, batuk, dan radang. Mengkonsumsi bawang putih mentah juga dapat menjaga tubuh agar tidak tertular penyakit-penyakit tersebut.

Manfaat bawang putih memang sudah terbukti dalam banyak penelitian. Namun meskipun demikian, tetap harus dipastikan cara mengkonsumsi yang benar. Beberapa orang mungkin mengalami reaksi alergi. Untuk yang sedang menjalani pengobatan tertentu disarankan untuk berkonsultasi lebih dahulu kepada dokter sebelum mengkonsumsi bawang putih sebagai obat.